Trump Resmi Akhiri Shutdown Pemerintah di AS

trump-resmi-akhiri-shutdown-pemerintah-di-as

Trump Resmi Akhiri Shutdown Pemerintah di AS. Pada malam 12 November 2025, Presiden Donald Trump menandatangani undang-undang pendanaan sementara yang secara resmi mengakhiri shutdown pemerintah federal Amerika Serikat terpanjang dalam sejarah, yang berlangsung selama 43 hari. Langkah ini datang setelah Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui rancangan undang-undang dengan suara tipis 222-209, diikuti dukungan Senat dua hari sebelumnya. Shutdown ini, yang dimulai akhir September, lumpuhkan ribuan pegawai federal tanpa gaji, ganggu layanan publik, dan picu kekhawatiran ekonomi nasional. Trump menyebutnya sebagai “kemenangan besar” bagi stabilitas, meski Demokrat menilai itu kompromi pahit tanpa jaminan jangka panjang. Di tengah polarisasi politik yang semakin dalam, akhir shutdown ini membawa napas lega sementara, tapi juga pertanyaan tentang masa depan anggaran negara. MAKNA LAGU

Latar Belakang Krisis Pendanaan: Trump Resmi Akhiri Shutdown Pemerintah di AS

Shutdown pemerintah bukan hal baru di Washington, tapi kali ini mencapai rekor dengan durasi 43 hari—melebihi shutdown 2018-2019 yang juga dipicu Trump. Penyebab utamanya adalah perselisihan tajam soal anggaran pertahanan dan bantuan sosial. Republikan, yang menguasai kedua kamar Kongres sejak pemilu 2024, menuntut peningkatan dana militer sebesar 50 miliar dolar, sementara Demokrat bersikeras pada perpanjangan subsidi pajak Affordable Care Act (ACA) untuk jutaan warga berpenghasilan rendah. Ketika tenggat 30 September lewat tanpa kesepakatan, operasi federal non-esensial terhenti: Taman nasional tutup, inspeksi penerbangan tertunda, dan lebih dari 800 ribu pegawai federal tanpa bayaran.

Dampaknya terasa luas. Keluarga pegawai pemerintah seperti inspektur FAA dan petugas Taman Nasional terpaksa bergantung pada tabungan atau pinjaman darurat. Ekonomi nasional kehilangan estimasi 10 miliar dolar, menurut perhitungan independen, dengan sektor pariwisata dan pertanian paling terpukul. Di wilayah pedesaan, petani kesulitan akses subsidi, sementara di kota-kota besar, penelitian medis terhenti. Trump, yang awalnya menyalahkan Demokrat atas “obstruksi”, akhirnya bergeser setelah tekanan dari pemimpin bisnis dan publik melonjak. Ini mencerminkan pola lama: shutdown sebagai senjata politik, tapi kali ini biayanya terlalu mahal di tengah pemulihan pasca-pandemi dan inflasi yang masih menggerogoti kantong rakyat.

Jalur Legislasi yang Penuh Drama: Trump Resmi Akhiri Shutdown Pemerintah di AS

Proses menuju akhir shutdown penuh liku dan negosiasi maraton. Senat memimpin dengan suara 60-40 pada 10 November, didukung hampir seluruh Republikan dan delapan Demokrat yang akhirnya menyerah pada tekanan bipartisan. Rancangan undang-undang ini menyediakan pendanaan hingga Maret 2026, dengan tambahan 20 miliar untuk pertahanan tapi tanpa perpanjangan ACA—kemenangan parsial bagi Trump. Di Dewan Perwakilan, pemungutan suara berlangsung tegang: 209 Demokrat menolak, menyebut bill itu “hadiah untuk miliarder” karena potong subsidi kesehatan. Beberapa Republikan moderat sempat ragu, tapi tekanan dari pemimpin partai memastikan kemenangan tipis.

Trump menandatangani bill itu di Oval Office sekitar pukul 10 malam waktu Washington, dikelilingi anggota kabinet dan legislator kunci. Ia memuji “tim hebat” yang “selamatkan negara dari kekacauan Demokrat”, sambil janji gaji backpay untuk pegawai terdampak dalam 30 hari. Proses ini juga ungkap celah sistem: aturan anggaran 1974 yang memaksa shutdown saat dana habis, tapi kali ini dorong inovasi seperti dana darurat sementara dari cadangan. Para analis bilang, drama ini hindari bencana lebih besar, tapi tunjukkan betapa rapuhnya keseimbangan kekuasaan di Kongres yang terpecah.

Reaksi Publik dan Dampak Ekonomi Segera

Reaksi campur aduk tapi mayoritas lega. Survei cepat tunjukkan 65 persen warga Amerika puas akhir shutdown, meski 40 persen salahkan Trump atas keterlambatan. Pegawai federal seperti Sarah Jenkins, seorang analis di Departemen Luar Negeri, bilang, “Akhirnya bisa bayar tagihan, tapi trauma ini bikin kami khawatir masa depan.” Demokrat seperti Pemimpin Minoritas Hakeem Jeffries sebut kesepakatan itu “kemenangan Pyrrhic”, karena lewatnya ACA bisa tambah 2 juta orang tanpa asuransi. Republikan, di sisi lain, rayakan sebagai bukti “pemerintahan efisien” di bawah Trump.

Ekonominya langsung rebound: Indeks pasar saham naik 2 persen keesokan harinya, dan obligasi pemerintah stabil. Tapi pemulihan butuh waktu—taman nasional butuh berminggu untuk bersih, dan penelitian ilmiah tertunda berbulan. Di tingkat global, sekutu seperti Kanada dan Uni Eropa lega, karena shutdown ganggu perdagangan dan bantuan luar negeri. Ini juga picu diskusi reformasi: usulan bipartisan untuk aturan anti-shutdown, seperti dana otomatis 90 hari, mulai bergaung di Capitol Hill. Bagi Trump, ini boost popularitas menjelang agenda domestiknya, tapi juga peringatan agar hindari konfrontasi serupa di masa depan.

Kesimpulan

Akhir shutdown pemerintah di bawah Trump adalah babak penutup dramatis dari krisis yang hampir lumpuhkan AS, tapi juga pengingat akan biaya politik permainan zero-sum di Washington. Dengan pendanaan aman hingga musim semi, negara kini fokus pulihkan layanan dan gaji tertunda, sambil hadapi tantangan lebih besar seperti utang nasional yang membengkak. Trump berhasil navigasi badai ini dengan kompromi minimal, tapi Demokrat punya amunisi untuk serang kelemahan sistem. Ke depan, harapan ada pada dialog lintas partai yang lebih matang, agar shutdown tak lagi jadi senjata rutinitas. Bagi rakyat Amerika yang lelah drama, ini napas lega—tapi juga panggilan untuk pimpinan yang prioritaskan rakyat, bukan poin politik. Hanya dengan itu, stabilitas sejati bisa terwujud di tengah tahun-tahun Trump kedua yang penuh gejolak.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *