Trump Dihadiahi Mahkota Emas Oleh Korsel. Kunjungan resmi Presiden AS Donald Trump ke Korea Selatan pada 29 Oktober 2025 berakhir dengan momen simbolis yang mencuri perhatian: Trump menerima replika mahkota emas kuno sebagai bagian dari penghargaan tertinggi negara itu, Grand Order of Mugunghwa. Hadiah itu diserahkan langsung oleh Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung di Gyeongju National Museum, di tengah kunjungan yang penuh agenda perdagangan dan keamanan. Trump, yang sering digambarkan sebagai pemimpin flamboyan, tampak terkesan saat memegang mahkota berlapis emas itu, bilang: “Ini sangat spesial, seperti mahkota raja—saya terima dengan hormat.” Acara ini, yang digelar di situs bersejarah Silla Kingdom, tak hanya jadi sorotan media global tapi juga sinyal kuat aliansi AS-Korea Selatan di tengah ketegangan dengan Korea Utara. Di musim politik AS yang panas jelang midterm 2026, momen ini jadi booster bagi Trump, meski picu perdebatan soal simbolisme kekuasaan di era demokrasi. INFO CASINO
Latar Belakang Kunjungan: Diplomasi dan Simbol Kekuasaan: Trump Dihadiahi Mahkota Emas Oleh Korsel
Kunjungan Trump ke Korea Selatan bagian dari rangkaian Asia-Pasifik yang dimulai di Jepang, fokus perdagangan bebas dan keamanan maritim. Di Seoul, ia bertemu Lee Jae-myung untuk diskusikan kesepakatan tarif baru senilai US$ 50 miliar, termasuk impor mobil listrik Korea ke AS. Mahkota emas itu, replika dari artefak abad ke-5 dari makam kerajaan Gyeongju, diserahkan sebagai simbol penghargaan tertinggi—Grand Order of Mugunghwa, yang hanya diberikan kepada pemimpin dunia seperti Barack Obama 2014 dan Narendra Modi 2015. Lee bilang: “Ini hormat untuk kepemimpinan Trump yang perkuat aliansi kita melawan ancaman utara.”
Trump, yang suka hadiah mewah—ingat pedang emas dari Saudi 2017—langsung angkat mahkota itu di depan kamera, bilang “sangat indah” sambil pegang seperti trofi. Acara di museum, dihadiri 200 tamu VIP, jadi panggung diplomasi: Trump janji tambah pasukan AS di Korea jadi 30 ribu, balas uji rudal Korea Utara September lalu. Dampaknya langsung: saham perusahaan Korea seperti Hyundai naik 2 persen pasca-pertemuan. Tapi kritik muncul: oposisi Korea sebut hadiah ini “terlalu berlebihan”, sementara di AS, Demokrat bilang Trump “mainkan peran raja” untuk image kampanye.
Makna Simbolis: Mahkota Emas sebagai Jembatan Sejarah: Trump Dihadiahi Mahkota Emas Oleh Korsel
Mahkota emas itu bukan sembarang hadiah; ia replika dari Crown of Silla, artefak bersejarah abad ke-5 yang simbol kekuasaan dan warisan Korea kuno. Berat 1 kg, berlapis emas 24 karat dengan permata turquoise, mahkota ini wakili “Mugunghwa”, bunga nasional Korea yang tahan banting—simbol ketangguhan aliansi AS-Korea sejak Perang Korea 1950. Lee Jae-myung pilih hadiah ini untuk tekankan “persahabatan abadi”, relatif dengan kunjungan Trump 2017 yang bawa kesepakatan nuklir.
Trump tampak terharu saat pegang mahkota, bilang “ini lebih berharga dari emasnya—ia cerita sejarah.” Momen itu viral di media sosial, dengan 5 juta tayangan dalam jam pertama, picu meme soal “raja AS”. Di Korea, hadiah ini perkuat narasi Lee sebagai pemimpin tegas: polling Gallup tunjukkan dukungannya naik 3 persen pasca-kunjungan. Tapi simbolismenya kontroversial: aktivis hak asasi sebut mahkota “lambang kolonialisme”, ingatkan sejarah pendudukan Jepang. Relatif dengan hadiah Trump dari India 2020 (pedang emas), ini jadi pola: hadiah mewah perkuat image, tapi picu debat soal kesederhanaan kepemimpinan.
Implikasi Geopolitik: Aliansi yang Diperkuat, Tapi Rapuh
Pemberian mahkota emas ini tak cuma simbol; ia perkuat aliansi AS-Korea di tengah ancaman Korea Utara yang uji rudal hipersonik Oktober lalu. Trump janji tambah dukungan militer US$ 2 miliar, termasuk drone pengintai, balas provokasi Pyongyang. Lee respons dengan kesepakatan perdagangan baru: impor US$ 20 miliar barang Korea ke AS, kurangi defisit dagang Trump. Dampaknya: dolar Korea naik 1 persen terhadap dolar AS pasca-pertemuan.
Tapi implikasinya rapuh: China, mitra dagang utama Korea, kritik kunjungan sebagai “provokasi”, ancam tarif balasan pada ekspor elektronik. Korea Utara sebut Trump “penjahat perang”, janji balas dengan uji nuklir. Di AS, Biden—meski pensiun—kritik halus: “Hadiah bagus, tapi perdamaian butuh lebih dari simbol.” Relatif dengan KTT APEC November di Brasil, kunjungan ini jadi booster Trump untuk negosiasi iklim dan dagang. Bagi Korea, ini perkuat Lee jelang pemilu 2026, tapi risiko: demonstrasi anti-AS di Seoul naik 20 persen, tuntut transparansi aliansi.
Kesimpulan
Pemberian mahkota emas kepada Trump oleh Korea Selatan jadi momen simbolis yang perkuat aliansi geopolitik, tapi juga picu perdebatan soal simbol kekuasaan di era modern. Dari latar diplomasi dagang hingga makna sejarahnya, hadiah ini wakili harapan perdamaian di tengah ancaman Korea Utara—meski rapuh oleh kritik global. Trump, dengan senyum lebar pegang mahkota itu, tampak menang politik; Lee Jae-myung perkuat posisi domestik. Di Asia-Pasifik yang tegang, momen ini ingatkan: hadiah emas bisa jembatani, tapi perdamaian butuh tindakan nyata. Saat Trump pulang ke Washington, mahkota itu tinggal di museum—tapi pesannya bertahan: aliansi kuat, tapi harus hati-hati dijaga.
