Senyum Trump Saat Jadi Penerima Pertama FIFA Peace Prize. Acara undian grup Piala Dunia 2026 di John F. Kennedy Center for the Performing Arts, Washington D.C., pada Jumat 5 Desember 2025, berubah jadi panggung politik saat Presiden Donald Trump jadi penerima pertama FIFA Peace Prize. Dengan senyum lebar khasnya, Trump terima trofi emas berbentuk bola dunia di atas lima tangan raksasa, medali, dan sertifikat dari Presiden FIFA Gianni Infantino. “Ini salah satu kehormatan terbesar hidup saya,” kata Trump, sambil klaim dunia “lebih aman sekarang” berkat mediasi damainya. Penghargaan baru ini, diumumkan November lalu, puji “tindakan luar biasa untuk perdamaian dan persatuan dunia.” Trump, yang sering sebut dirinya “presiden perdamaian,” tampak puas meski lewatkan Nobel—ia langsung pakai medalinya di leher. Acara ini, hadiri 2.000 tamu termasuk pemimpin Meksiko dan Kanada, campur sorak dan kontroversi, di tengah kritik soal proses seleksi yang misterius. INFO SLOT
Latar Belakang Penghargaan FIFA Peace Prize: Senyum Trump Saat Jadi Penerima Pertama FIFA Peace Prize
FIFA umumkan prize ini November 2025 sebagai penghargaan tahunan untuk individu yang “ciptakan harapan bagi generasi mendatang melalui perdamaian.” Infantino sebut Trump pantas karena “mediasi luar biasa” di konflik Timur Tengah dan Ukraina, plus dukung sepak bola sebagai alat persatuan. Trofi emas itu, dengan nama Trump terukir, diserahkan sebelum undian grup—lengkap video montage yang puji “kekuatan menyatukan sepak bola.” Tapi prosesnya gelap: tak ada daftar nominasi, kriteria jelas, atau dewan juri publik. Human Rights Watch minta transparansi tapi tak dapat jawab. Ini kontras Nobel, yang Trump incar tapi kalah dari Maria Corina Machado Oktober lalu—ia dedikasikan sebagian ke Trump. Acara ini, dengan lagu Village People “YMCA” favorit Trump, terasa seperti pesta pribadi, di mana Infantino bilang: “Kamu pantas prize pertama ini, Mr. President.”
Respons Trump dan Senyum yang Menyiratkan: Senyum Trump Saat Jadi Penerima Pertama FIFA Peace Prize
Saat naik panggung, Trump tampak all smiles—senyum lebarnya saat pegang trofi jadi momen ikonik, seolah kompensasi Nobel yang hilang. “Kami selamatkan jutaan nyawa,” katanya, soroti gencatan senjata Israel-Gaza dan negosiasi Ukraina-Rusia yang ia klaim mediasi. Ia langsung pakai medali, bilang: “Saya pakai sekarang juga.” Senyum itu tak cuma gembira, tapi juga kemenangan politik—di tengah kritik Demokrat soal kebijakan imigrasi dan serangan militer ke kapal narkoba Karibia. Trump sebut prize ini “lebih dari penghargaan,” tapi tambah: “Selalu ada VAR review?”—guyon soal kontroversi FIFA. Infantino dukung penuh: “Kamu bisa hitung dukungan komunitas sepak bola untuk buat dunia makmur.” Responsnya tunjukkan ia anggap ini validasi global, meski acara ini bagian dari lobi Trump soal World Cup 2026 di AS.
Kontroversi dan Reaksi Publik
Prize ini langsung picu badai kritik. Human Rights Watch sebut “gelap dan memalukan,” soroti tak ada transparansi—mereka tulis FIFA tapi tak dibalas. Fans sepak bola di X ramai: “Ini parodi, Trump lebih pantas Nobel?” atau “FIFA jilat up Trump.” Beberapa sebut “beyond parody,” bahkan harap episode South Park soal ini. Kritik soal netralitas FIFA: Infantino tampil bareng Trump enam kali musim ini, termasuk Oval Office. Dewan FIFA kaget—prize tak diskusi di council, dan komite “social responsibility” yang dipimpin tycoon Myanmar Zaw Zaw yang kontroversial usulkan proses. Di AS, Demokrat kritik timing: Trump hadapi isu deportasi massal dan ancaman Venezuela. Tapi pendukung Trump rayakan: “Akhirnya pengakuan dunia!” Acara ini, dengan undian grup yang buat AS lawan Inggris dan Meksiko, terasa seperti pesta politik daripada olahraga.
Kesimpulan
Senyum Trump saat terima FIFA Peace Prize pertama jadi simbol kemenangan pribadi di tengah kontroversi, di mana penghargaan baru FIFA puji “tindakan luar biasa” tapi picu tudingan netralitas hilang. Dari trofi emas hingga medali yang langsung dipakai, momen ini campur gembira dan sarkasme—Trump klaim dunia lebih aman, tapi kritik bilang ini parodi Nobel. Acara undian World Cup 2026 tambah nuansa politik, dengan Infantino dukung penuh. Bagi FIFA, prize ini bisa jadi alat diplomasi, tapi transparansi krusial agar tak jadi alat politik. Trump all smiles, tapi dunia tunggu “VAR review” soal warisannya—perdamaian sejati tak butuh trofi, tapi aksi nyata.
