Rusia Gempur Ukraina Sampai Menyebabkan 20 Orang Meninggal. Pada tanggal 28 Juli 2025, serangan dari Rusia kembali menewaskan beberapa orang. Setidaknya 20 orang tewas dan lebih dari 40 orang terluka dalam serangan di wilayah Zaporizhzhia dan Dnipropetrovsk. Serangan ini menargetkan infrastruktur sipil, termasuk penjara dan rumah sakit, memperparah krisis kemanusiaan yang telah berlangsung sejak invasi Rusia pada Februari 2022. Konflik yang tak kunjung reda ini terus memicu keprihatinan global, termasuk di Indonesia, yang merasakan dampak tidak langsungnya. Artikel ini mengulas alasan di balik serangan Rusia, prospek kelanjutan perang, dan dampaknya bagi Indonesia. BERITA LAINNYA
Kenapa Rusia Menyerang Ukraina?
Konflik antara Rusia dan Ukraina ini bisa terjadi akibat adanya ketegangan geopolitik yang kompleks. Rusia, di bawah kepemimpinan Vladimir Putin, melancarkan invasi pada Februari 2022 dengan alasan melindungi warga etnis Rusia di wilayah Donbas dan mencegah ekspansi NATO ke timur. Rusia menganggap Ukraina, yang semakin condong ke Barat, sebagai ancaman terhadap pengaruhnya di kawasan. Selain itu, Rusia ingin mengamankan wilayah strategis seperti Krimea, yang telah dianeksasi pada 2014, dan menguasai sumber daya di Ukraina timur. Serangan terbaru di Zaporizhzhia, yang menghancurkan penjara dan permukiman, menunjukkan strategi Rusia untuk melemahkan infrastruktur dan semangat juang Ukraina. Namun, Ukraina terus melawan dengan dukungan militer dan ekonomi dari negara-negara Barat, memperpanjang konflik ini.
Apakah Perang Ini Akan Terus Berlanjut?
Tanda-tanda berakhirnya perang masih jauh dari harapan banyak orang. Rusia tetap bergeming dengan strateginya, termasuk taktik “penggiling daging” yang mengorbankan banyak prajurit demi keunggulan jumlah. Hingga Juli 2025, diperkirakan lebih dari satu juta prajurit Rusia tewas atau terluka, sementara Ukraina kehilangan sekitar 71.000 prajurit. Upaya diplomatik, seperti pembicaraan damai di Turki, belum membuahkan hasil signifikan karena kedua belah pihak bersikukuh pada syarat yang sulit diterima. Rusia menolak gencatan senjata tanpa syarat, sementara Ukraina bersikeras Rusia harus mundur sepenuhnya. Dukungan Barat untuk Ukraina, termasuk pasokan senjata canggih, juga memperpanjang konflik, meski membuat Rusia sulit mencapai kemenangan cepat. Eskalasi serangan, seperti di Zaporizhzhia, menunjukkan perang ini masih akan berlangsung dengan intensitas tinggi.
Apa Dampaknya Pada Indonesia Akibat Perang Ini?
Meski tidak ikut dalam perperangan, Indonesia juga merasaakan beberapa dampak signifikan dari Konflik ini. Gangguan rantai pasok global akibat perang menyebabkan kenaikan harga energi dan pangan, terutama gandum dan pupuk, yang diimpor Indonesia dari Ukraina dan Rusia. Hal ini memicu inflasi dan meningkatkan biaya hidup di Indonesia. Selain itu, ketidakstabilan geopolitik global memengaruhi investasi dan perdagangan, membuat Indonesia harus lebih hati-hati dalam menjaga hubungan diplomatik dengan Rusia dan negara-negara Barat. Konflik ini juga mendorong Indonesia untuk mempercepat diversifikasi sumber impor pangan dan energi guna mengurangi ketergantungan pada wilayah yang dilanda perang. Secara kemanusiaan, Indonesia terus mendesak gencatan senjata melalui forum internasional.
Kesimpulan: Rusia Gempur Ukraina Sampai Menyebabkan 20 Orang Meninggal
Serangan Rusia yang menewaskan 20 orang di Ukraina pada Juli 2025 ini memberikan penegasan bahwa konflik ini masih jauh dari usai. Dengan akar masalah yang kompleks dan minimnya kemajuan diplomasi, perang terus menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. Indonesia, meski tidak terlibat langsung, merasakan dampak ekonomi dan geopolitik yang signifikan. Perang ini menjadi pengingat akan pentingnya kerja sama internasional untuk mencari solusi damai dan menjaga stabilitas global demi kepentingan bersama.