Rusia Berhasil Menembak Drone yang Dikirim Oleh Ukraina. Pada 10 September 2025, Rusia mengumumkan keberhasilannya menembak jatuh serangkaian drone yang diluncurkan Ukraina ke wilayahnya, termasuk di dekat perbatasan Belgorod dan wilayah Rostov. Insiden ini menambah ketegangan dalam konflik yang telah berlangsung sejak Februari 2022, dengan kedua belah pihak terus meningkatkan penggunaan teknologi militer seperti drone untuk serangan jarak jauh. Keberhasilan Rusia dalam menghalau serangan ini menjadi sorotan, sekaligus memicu pertanyaan tentang langkah balasan mereka dan bagaimana Ukraina akan mempertahankan diri. Apa saja detailnya, dan bagaimana situasi ini bisa memengaruhi dinamika konflik? BERITA BASKET
Berapa Total Drone Ukraina yang Berhasil Ditembaki Oleh Rusia
Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, total 12 drone Ukraina berhasil ditembak jatuh dalam operasi pertahanan udara pada 9-10 September 2025. Enam di antaranya dihancurkan di wilayah Belgorod, empat di Rostov, dan dua lainnya di wilayah Bryansk. Drone-drone ini, yang diduga jenis kamikaze seperti Switchblade 600 dan Bayraktar TB2, menargetkan infrastruktur militer dan sipil, termasuk depot bahan bakar di Rostov. Rusia menggunakan sistem pertahanan udara seperti S-400 dan Pantsir-S1 untuk mencegat drone tersebut, dengan tingkat keberhasilan 100% dalam insiden ini, menurut laporan resmi.
Ini bukan kali pertama Rusia menghadapi serangan drone Ukraina. Sejak awal 2024, Ukraina meningkatkan penggunaan drone untuk serangan lintas batas, dengan lebih dari 200 drone dilaporkan ditembak jatuh oleh Rusia sepanjang tahun. Serangan terbaru ini menunjukkan peningkatan intensitas, dengan Ukraina mengerahkan drone dalam jumlah besar secara serentak untuk menguji pertahanan udara Rusia. Meski tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam insiden ini, kerusakan minor terjadi pada beberapa fasilitas di Belgorod.
Bagaimana Cara Rusia Untuk Membalas Serangan Tersebut
Rusia memiliki pola respons yang konsisten terhadap serangan drone Ukraina, dan insiden ini kemungkinan tidak akan berbeda. Biasanya, Rusia membalas dengan serangan rudal atau drone ke target strategis di Ukraina, seperti fasilitas militer, gudang amunisi, atau infrastruktur energi. Pada 11 September 2025, Rusia dilaporkan meluncurkan tiga rudal Kalibr dari Laut Hitam ke wilayah Kharkiv, yang diduga sebagai balasan atas serangan drone. Selain itu, Rusia sering menggunakan drone kamikaze buatan Iran, seperti Shahed-136, untuk menyerang kota-kota Ukraina seperti Kyiv dan Odesa, dengan fokus pada gangguan logistik dan moral warga sipil.
Rusia juga meningkatkan operasi intelijen untuk melacak basis produksi drone Ukraina, yang sebagian besar berlokasi di wilayah barat seperti Lviv. Selain serangan langsung, Rusia kemungkinan akan memperkuat narasi propagandanya, menuduh Ukraina sebagai agresor untuk memperoleh dukungan domestik dan dari sekutu seperti China dan Iran. Namun, Rusia cenderung berhati-hati agar serangan balasan tidak memicu eskalasi langsung dengan NATO, yang terus memasok senjata ke Ukraina.
Pertahanan Apa yang Akan Dilakukan Ukraina Jika Rusia Melakukan Serangan Balasan
Ukraina telah mengembangkan sistem pertahanan udara yang tangguh untuk menghadapi serangan balasan Rusia. Dengan bantuan senjata Barat seperti sistem Patriot dari AS dan IRIS-T dari Jerman, Ukraina berhasil mencegat 70-80% rudal dan drone Rusia dalam serangan besar sepanjang 2024. Di Kyiv, sistem NASAMS juga telah terbukti efektif melawan drone Shahed, dengan tingkat keberhasilan hingga 85%. Ukraina kemungkinan akan memperkuat pertahanan udara di kota-kota strategis seperti Kharkiv dan Odesa, yang sering menjadi target.
Selain itu, Ukraina akan terus memanfaatkan drone untuk serangan balik, menargetkan infrastruktur Rusia seperti kilang minyak atau jalur logistik. Pasukan Ukraina juga dilatih untuk bergerak cepat dalam operasi darat untuk menghindari serangan artileri Rusia. Dukungan intelijen dari NATO, termasuk data satelit real-time, membantu Ukraina mengantisipasi serangan rudal, memungkinkan evakuasi cepat dan penempatan pertahanan. Namun, keterbatasan amunisi dan kelelahan pasukan tetap menjadi tantangan besar, terutama setelah tiga tahun konflik tanpa henti.
Kesimpulan: Rusia Berhasil Menembak Drone yang Dikirim Oleh Ukraina
Keberhasilan Rusia menembak jatuh 12 drone Ukraina pada September 2025 menunjukkan efektivitas pertahanan udara mereka, tetapi juga menggarisbawahi ketegangan yang terus meningkat dalam konflik dengan Ukraina. Dengan serangan balasan yang kemungkinan melibatkan rudal dan drone, Rusia berusaha menekan Ukraina, sementara Kyiv mengandalkan pertahanan udara Barat dan serangan drone untuk bertahan. Situasi ini mencerminkan perang teknologi dan strategi yang kompleks, dengan kedua belah pihak berlomba mempertahankan keunggulan. Dunia terus memantau perkembangan ini, karena eskalasi lebih lanjut berpotensi menyeret pihak lain ke dalam konflik. Perdamaian tetap jauh, tetapi ketahanan kedua negara menunjukkan bahwa perjuangan ini belum akan berakhir dalam waktu dekat.