Pendaftaran Untuk Lomba Foto Peradilan MA Diperpanjang

pendaftaran-untuk-lomba-foto-peradilan-ma-diperpanjang

Pendaftaran Untuk Lomba Foto Peradilan MA Diperpanjang. Mahkamah Agung (MA) Republik Indonesia resmi memperpanjang masa pendaftaran Lomba Foto Peradilan 2025 hingga 13 Desember 2025. Pengumuman ini disampaikan melalui akun resmi @lombafotoperadilan pada Selasa malam, 9 Desember 2025, memberikan kesempatan tambahan bagi peserta yang belum sempat mengirim karya. Awalnya, pendaftaran dibuka sejak 7 Oktober hingga 6 Desember, tapi perpanjangan ini sejalan dengan semangat HUT ke-80 MA yang jatuh pada 18 Agustus lalu. Tema tahun ini, “Pengadilan Bermartabat, Negara Berdaulat,” mengajak semua kalangan—warga peradilan, masyarakat umum, hingga jurnalis—untuk abadikan momen peradilan yang humanis dan transparan. Direktur Jenderal Rumah Tangga dan Tata Usaha MA, DR. Lucas Prakoso, sebut perpanjangan ini untuk maksimalkan partisipasi, agar lebih banyak cerita visual tentang keadilan Indonesia tersebar luas. INFO SLOT

Alasan Perpanjangan Pendaftaran: Pendaftaran Untuk Lomba Foto Peradilan MA Diperpanjang

Perpanjangan ini lahir dari respons positif masyarakat sejak lomba dibuka. Hingga akhir November, sudah ratusan karya masuk dari berbagai provinsi, tapi MA ingin beri ruang lebih bagi peserta yang sibuk atau baru tahu info. “Kami lihat antusiasme tinggi, terutama dari kalangan muda dan jurnalis daerah,” kata Prakoso. Selain itu, jadwal akhir tahun yang padat—dari libur panjang hingga akhir tahun fiskal—jadi faktor utama. Perpanjangan enam hari ini tak ubah aturan lain: karya tetap diunggah via Instagram @lombafotoperadilan dengan hashtag #LombaFotoPeradilan2025, dan foto harus diambil periode 2021-2025. Ini langkah inklusif, mengingat lomba gratis dan terbuka untuk WNI, tanpa batas usia. MA harap tambahan waktu ini bawa karya segar yang soroti isu aktual seperti akses peradilan di daerah terpencil.

Tema dan Kategori Lomba: Pendaftaran Untuk Lomba Foto Peradilan MA Diperpanjang

Lomba ini usung tema filosofis yang dalam: “Pengadilan Bermartabat, Negara Berdaulat.” Maksudnya, peradilan kuat jadi pondasi negara berdaulat, bebas campur tangan asing. Peserta diajak tangkap momen yang tunjukkan integritas, keadilan, dan inklusivitas. Ada lima sub-tema menarik: Integritas Hakim dan Lembaga Peradilan, yang soroti keteguhan moral aparatur; Akses Peradilan yang Inklusif, fokus layanan ramah disabilitas atau daerah; Inovasi Teknologi Peradilan, seperti e-court; Kiprah Perempuan dalam Peradilan, cerita dedikasi hakim wanita; dan Pengadilan Ramah Anak, abadikan proses sidang anak yang humanis. Kategori dibagi tiga: Warga Peradilan (aparatur MA dan pengadilan di bawahnya), Masyarakat Umum, dan Jurnalis. Setiap kategori punya tiga pemenang, plus juara favorit dari voting publik. Karya harus orisinal, belum dipublikasikan, dan sertakan tanggal serta lokasi pengambilan.

Hadiah dan Proses Penjurian

Total hadiah mencapai puluhan juta rupiah, bikin lomba ini magnetik. Untuk kategori Warga Peradilan, juara pertama dapat Rp 5,5 juta, kedua Rp 4,5 juta, ketiga Rp 3,5 juta—plus trophy dan sertifikat dari Ketua MA. Sama untuk Masyarakat Umum dan Jurnalis, dengan juara favorit tambah Rp 3,5 juta dari voting Instagram. Pengumuman pemenang direncanakan Januari 2026, usai libur akhir tahun. Penjurian ditangani trio ahli: DR. Lucas Prakoso wakili MA, Agung Pambudhy dari detikFoto, dan fotografer profesional Dita Alangkara. Mereka nilai berdasarkan relevansi tema, estetika, dan pesan sosial—proses buta untuk jaga objektivitas. Peserta yang lolos wajib kirim file high-res dan beri izin MA pakai karya untuk promosi non-komersial. Ini tak cuma soal hadiah, tapi ajang apresiasi visualisasi keadilan.

Dampak Lomba bagi Publikasi Peradilan

Lomba ini bagian agenda rutin MA untuk dekatkan peradilan ke masyarakat. Tahun lalu, ribuan karya masuk, hasilnya jadi pameran nasional yang kunjungi 10 ribu orang. Karya pemenang sering dipakai kampanye transparansi, seperti poster e-court. Perpanjangan ini harap tarik lebih banyak peserta dari luar Jawa, soroti disparitas akses peradilan. MA sebut lomba ini bukti komitmen humanisasi: dari sidang virtual hingga layanan ramah anak. Di era digital, foto jadi alat kuat edukasi—bisa viral di medsos, ubah persepsi negatif soal peradilan. Prakoso tambah: “Lewat lensa kamera, publik lihat peradilan bukan monster, tapi mitra keadilan.” Ini juga dorong aparatur tingkatkan performa, tahu karya mereka bisa dinilai.

Kesimpulan

Perpanjangan pendaftaran Lomba Foto Peradilan MA hingga 13 Desember 2025 jadi kabar gembira bagi fotografer dan peminat keadilan. Dengan tema mendalam dan hadiah menggiurkan, lomba ini tak cuma kompetisi, tapi jembatan antara peradilan dan rakyat. Dari sub-tema inklusif hingga penjurian profesional, MA tunjukkan komitmen transparansi. Jangan lewatkan—siapkan kamera, abadikan momen bermakna, dan sumbang cerita visual untuk negara berdaulat. Musim akhir tahun ini, lomba jadi cara santai rayakan HUT MA, sambil ingatkan: keadilan indah kalau diabadikan.

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *