Pakar AI Berani menolak Gaji RP 16,4 Triliun Dari Mark Zuckerberg

pakar-ai-berani-menolak-gaji-rp-164-triliun-dari-mark-zuckerberg

Pakar AI Berani menolak Gaji RP 16,4 Triliun Dari Mark Zuckerberg. Dunia teknologi tengah diramaikan kabar mengejutkan: seorang pakar AI menolak tawaran gaji fantastis senilai Rp 16,4 triliun dari CEO Meta, Mark Zuckerberg. Langkah ini menjadi sorotan karena menunjukkan bahwa uang bukanlah segalanya dalam industri kecerdasan buatan (AI) yang kompetitif. Tawaran tersebut merupakan bagian dari ambisi Meta untuk membangun tim “Superintelligence” guna mengejar ketertinggalan di bidang AI. Artikel ini mengupas sosok pakar tersebut, peran pentingnya, serta alasan di balik penolakan tawaran tersebut. BERITA LAINNYA

Siapa Sosok Dari Pakar AI Tersebut?
Pakar AI yang menjadi perbincangan adalah Mira Murati, mantan Chief Technology Officer (CTO) OpenAI. Wanita berdarah Albania-Amerika ini dikenal sebagai otak di balik pengembangan teknologi revolusioner seperti ChatGPT dan DALL·E. Murati, yang kini memimpin startup AI bernama Thinking Machines Lab, ditawari paket kompensasi senilai USD 1 miliar (sekitar Rp 16,4 triliun) oleh Zuckerberg untuk bergabung dengan Meta. Sebelumnya, ia telah membuktikan kapabilitasnya dengan memimpin proyek-proyek besar di OpenAI, menjadikannya salah satu figur paling disegani di dunia AI.

Apakah Pakar AI Tersebut Merupakan Sosok Penting?
Mira Murati bukan sekadar nama besar di industri teknologi, tetapi juga sosok kunci yang membentuk arah pengembangan AI modern. Selama di OpenAI, ia memimpin tim yang menghasilkan model bahasa canggih seperti GPT-4 dan inovasi visual seperti DALL·E. Kerennya, kepemimpinannya di OpenAI berhasil menarik perhatian global, menjadikan perusahaan tersebut sebagai pelopor di bidang AI. Setelah meninggalkan OpenAI, Murati mendirikan Thinking Machines Lab, sebuah startup yang fokus pada pengembangan AI dengan pendekatan etis dan inovatif. Lebih dari 19 mantan karyawan OpenAI memilih mengikuti Murati ke startup barunya, menunjukkan pengaruh dan kepercayaan yang ia miliki di kalangan profesional AI.

Alasan Dari Pakar AI Tersebut Setelah Menolak Mark Zuckerberg
Penolakan Murati terhadap tawaran Meta bukan hanya soal uang, tetapi visi dan nilai. Ia disebut meragukan arah pengembangan AI di Meta, yang lebih berfokus pada integrasi AI dengan platform media sosial seperti Facebook dan Instagram. Murati lebih memilih mengejar misi jangka panjang di Thinking Machines Lab, yang menitikberatkan pada pengembangan Artificial General Intelligence (AGI) dengan pendekatan yang lebih independen dan etis. Selain itu, loyalitas terhadap timnya dan keyakinan bahwa startup-nya memiliki potensi besar untuk memimpin inovasi AI menjadi faktor utama. Murati juga diketahui menghargai kebebasan berkreasi tanpa tekanan dari raksasa teknologi seperti Meta, yang mungkin memiliki agenda komersial yang berbeda.

Kesimpulan: Pakar AI Berani menolak Gaji RP 16,4 Triliun Dari Mark Zuckerberg
Penolakan Mira Murati terhadap tawaran Rp 16,4 triliun dari Mark Zuckerberg menunjukkan bahwa dalam dunia AI, visi, misi, dan kebebasan inovasi sering kali lebih berharga daripada kompensasi finansial. Sebagai figur penting di balik kesuksesan OpenAI, Murati memilih untuk tetap setia pada idealismenya dengan memimpin Thinking Machines Lab. Langkah ini menjadi pengingat bahwa talenta top di industri AI tidak hanya mencari gaji besar, tetapi juga dampak nyata dan keselarasan dengan nilai yang mereka pegang.

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *