Perusahaan Eskrim Ini Mundur Akibat Isu Gaza

perusahaan-eskrim-ini-mundur-akibat-isu-gaza

Perusahaan Eskrim Ini Mundur Akibat Isu Gaza. Isu konflik di Gaza kembali menjadi sorotan dunia, tak hanya dalam ranah politik, tetapi juga bisnis. Salah satu perusahaan es krim ternama, Ben & Jerry’s, menghadapi badai kontroversi setelah pendirinya, Jerry Greenfield, mengumumkan pengunduran dirinya pada September 2025 akibat perselisihan dengan perusahaan induknya, Unilever, terkait isu Gaza. Keputusan Ben & Jerry’s untuk menghentikan penjualan di wilayah pendudukan Israel sejak 2021 memicu reaksi keras, baik dari pendukung maupun penentang, hingga akhirnya berdampak pada operasional perusahaan. Artikel ini akan mengupas perusahaan es krim tersebut, alasan mundurnya akibat isu Gaza, kerugian yang dialami, serta implikasinya bagi masa depan bisnis yang berpihak pada isu sosial. BERITA BOLA

Apa Perusahaan Es Krim Tersebut
Ben & Jerry’s adalah merek es krim asal Amerika Serikat yang didirikan pada 1978 oleh Ben Cohen dan Jerry Greenfield di Burlington, Vermont. Dikenal dengan rasa unik seperti Cherry Garcia dan Chunky Monkey, perusahaan ini juga terkenal karena komitmennya pada isu sosial, seperti keadilan lingkungan, kesetaraan, dan hak asasi manusia. Sejak diakuisisi oleh Unilever pada 2000, Ben & Jerry’s tetap mempertahankan dewan independen untuk menjaga misi sosialnya, meskipun sering kali berselisih dengan Unilever terkait kebijakan. Merek ini beroperasi di lebih dari 35 negara, termasuk Indonesia, dan memiliki penggemar setia berkat produk berkualitas dan nilai-nilai progresifnya. Namun, keputusan mereka untuk mengambil sikap dalam isu geopolitik, khususnya konflik Israel-Palestina, telah menempatkan perusahaan ini di tengah kontroversi global.

Kenapa Perusahaan Ini Bisa Mundur Akibat Isu Gaza
Pada Juli 2021, Ben & Jerry’s mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan penjualan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah yang dianggap sebagai bagian dari pendudukan Israel, dengan alasan bahwa hal tersebut tidak sejalan dengan nilai-nilai perusahaan. Keputusan ini memicu reaksi beragam. Di satu sisi, kelompok pro-Palestina memuji langkah ini sebagai dukungan terhadap hak asasi manusia. Namun, di sisi lain, kelompok pro-Israel menuduh Ben & Jerry’s anti-Semit dan melancarkan boikot besar-besaran terhadap produk mereka. Beberapa negara bagian di AS, seperti New York dan Texas, bahkan mengancam akan melakukan divestasi dari Unilever karena dianggap mendukung gerakan BDS (Boycott, Divestment, Sanctions) terhadap Israel.

Konflik ini memuncak pada September 2025, ketika Jerry Greenfield mengundurkan diri dari dewan Ben & Jerry’s. Dalam surat terbukanya, ia menyatakan bahwa Unilever telah membatasi kebebasan perusahaan untuk mengambil sikap sosial, terutama terkait isu Gaza. Menurut Greenfield, Unilever menekan Ben & Jerry’s untuk tetap netral agar tidak kehilangan pasar di Israel dan negara-negara pendukungnya. Tekanan ini membuat misi sosial perusahaan, yang menjadi inti identitas Ben & Jerry’s, terasa “dibungkam.” Pengunduran diri Greenfield menjadi simbol mundurnya perusahaan dari komitmen awalnya, karena Unilever memilih untuk menjaga stabilitas finansial ketimbang mempertahankan sikap politik yang kontroversial.

Total Kerugian yang Dialami Perusahaan Tersebut Usai Isu Gaza
Keputusan Ben & Jerry’s terkait Gaza tidak hanya memicu kerugian reputasi, tetapi juga finansial. Sejak pengumuman 2021, Unilever melaporkan penurunan penjualan Ben & Jerry’s di beberapa pasar utama, terutama di AS dan Israel. Diperkirakan kerugian penjualan mencapai puluhan juta dolar AS, meskipun angka pastinya tidak diungkap secara publik oleh Unilever. Beberapa jaringan supermarket di AS dan Eropa mengurangi stok produk Ben & Jerry’s akibat tekanan dari kelompok pro-Israel, sementara boikot konsumen di wilayah tersebut juga berdampak signifikan.

Selain itu, Unilever menghadapi biaya hukum yang besar akibat gugatan dari pemegang saham dan mitra bisnis yang menentang keputusan Ben & Jerry’s. Pada 2022, Unilever menjual bisnis Ben & Jerry’s di Israel kepada mitra lokal untuk meredam konflik, tetapi langkah ini justru memicu kritik dari pendukung Palestina yang menilai Unilever “mengkhianati” sikap awal Ben & Jerry’s. Secara keseluruhan, kerugian finansial diperkirakan mencapai lebih dari 50 juta dolar AS hingga 2025, termasuk dampak tidak langsung seperti penurunan nilai saham Unilever di beberapa bursa. Pengunduran diri Greenfield juga memicu spekulasi tentang masa depan merek ini, dengan beberapa analis memprediksi potensi penurunan lebih lanjut jika konflik internal tidak terselesaikan.

Kesimpulan: Perusahaan Eskrim Ini Mundur Akibat Isu Gaza
Keputusan Ben & Jerry’s untuk mengambil sikap terkait isu Gaza menunjukkan bagaimana bisnis yang berpihak pada isu sosial dapat menghadapi konsekuensi besar, baik dalam hal reputasi maupun finansial. Meski awalnya didukung oleh komitmen kuat terhadap keadilan, langkah ini memicu konflik dengan Unilever dan akhirnya memaksa pendiri seperti Jerry Greenfield mundur dari peran aktif. Kerugian finansial yang signifikan dan tekanan dari berbagai pihak menggarisbawahi tantangan perusahaan modern dalam menavigasi isu geopolitik. Kejadian ini menjadi pelajaran bahwa mengambil sikap politik, meski didasari nilai mulia, dapat membawa risiko besar di tengah dunia yang terpolarisasi. Bagi Ben & Jerry’s, tantangan ke depan adalah menemukan keseimbangan antara mempertahankan identitas sosialnya dan menjaga stabilitas bisnis di pasar global.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *