Korban PHK Massal di AS Lebih Dari Seribu. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang melibatkan lebih dari seribu karyawan per perusahaan telah melanda Amerika Serikat pada 2025, memengaruhi berbagai sektor mulai dari teknologi hingga pemerintahan. Data terbaru menunjukkan bahwa sejak Januari 2025, lebih dari 95.000 pekerja di sektor teknologi saja telah kehilangan pekerjaan, sementara ribuan lainnya terdampak di lembaga federal seperti Departemen Luar Negeri dan Departemen Kesehatan. Kebijakan pengurangan anggaran, perubahan prioritas bisnis, dan restrukturisasi menjadi pemicu utama. Artikel ini akan mengulas penyebab PHK massal, sektor yang terdampak, respons masyarakat, upaya mitigasi, dan prospek ke depan. BERITA BOLA
Penyebab PHK Massal
PHK massal di AS pada 2025 didorong oleh beberapa faktor. Di sektor teknologi, perusahaan seperti Microsoft, Intel, dan CrowdStrike melakukan pemutusan kerja untuk menekan biaya dan beradaptasi dengan perubahan pasar, seperti penurunan permintaan pasca pandemi dan fokus pada kecerdasan buatan. Microsoft, misalnya, memangkas 9.000 pekerja, atau 4% dari tenaga kerjanya, terutama di tim penjualan dan Xbox. Di sektor federal, kebijakan administrasi Trump untuk mengurangi birokrasi menyebabkan PHK besar-besaran, termasuk 1.350 pegawai Departemen Luar Negeri dan hingga 10.000 di Departemen Kesehatan. Krisis ekonomi, termasuk perlambatan pertumbuhan ritel dan dampak tarif perdagangan baru, juga memaksa perusahaan seperti Starbucks (1.100 karyawan) dan General Motors (1.000 karyawan) untuk merumahkan pekerja.
Sektor yang Terdampak
Sektor teknologi menjadi yang paling terpukul, dengan 95.000 pekerja kehilangan pekerjaan pada 2024, dan tren ini berlanjut ke 2025. Intel memangkas lebih dari 500 pekerja di Oregon, sementara CrowdStrike mem-PHK 5% tenaga kerjanya untuk efisiensi operasional. Di sektor pemerintahan, Departemen Luar Negeri memecat 1.100 pegawai sipil dan 240 petugas dinas luar negeri, dengan total 3.000 posisi direncanakan dihilangkan. Departemen Kesehatan juga terkena dampak, dengan 3.500 karyawan FDA dan 2.400 dari CDC kehilangan pekerjaan. Sektor ritel tidak luput, dengan 64.000 pekerja di-PHK pada kuartal pertama 2025, termasuk 1.100 karyawan korporat Starbucks. Sektor otomotif, seperti Stellantis yang memangkas 3.600 pekerja di pabrik Jeep, juga terdampak akibat penurunan penjualan dan regulasi emisi yang ketat.
Dampak Sosial dan Respons Masyarakat
PHK massal telah memicu gelombang emosi dan protes. Di Departemen Luar Negeri, video di media sosial menunjukkan pegawai yang menangis dan saling berpelukan saat meninggalkan kantor, dengan demonstran memegang spanduk bertuliskan “Terima kasih kepada diplomat Amerika.” Di sektor kesehatan, protes di depan markas CDC di Atlanta mencerminkan kekhawatiran akan menurunnya kapasitas layanan publik. Media seperti The Washington Post melaporkan bahwa PHK ini dapat melemahkan diplomasi AS dan kemampuan menangani krisis global. Pengangguran jangka panjang juga meningkat, dengan klaim pengangguran berkelanjutan mencapai level tertinggi sejak November 2021. Banyak pekerja, terutama di daerah pedesaan, menghadapi kesulitan menemukan pekerjaan baru, memperburuk dampak sosial seperti depresi dan kecemasan.
Upaya Mitigasi: Korban PHK Massal di AS Lebih Dari Seribu
Pemerintah dan perusahaan telah mencoba berbagai cara untuk mengurangi dampak PHK. Di sektor federal, Departemen Luar Negeri menawarkan “pengunduran diri tertunda” kepada 1.500 pegawai, memungkinkan mereka menerima gaji selama beberapa bulan sebelum keluar. Beberapa perusahaan teknologi, seperti Microsoft, menyediakan paket pesangon dan layanan penempatan kerja. Pemerintah AS juga mendorong pelatihan ulang melalui program ketenagakerjaan, meski tantangan seperti biaya pelatihan dan akses terbatas di daerah pedesaan masih ada. Serikat pekerja, seperti National Treasury Employees Union, telah mengajukan gugatan untuk menentang PHK di beberapa lembaga, meski putusan Mahkamah Agung pada Juli 2025 membuka jalan bagi pemutusan kerja ini. Namun, efektivitas langkah-langkah ini masih dipertanyakan, dengan banyak pekerja merasa tidak mendapat dukungan memadai.
Prospek ke Depan: Korban PHK Massal di AS Lebih Dari Seribu
Tren PHK massal diperkirakan berlanjut hingga akhir 2025, terutama dengan kebijakan administrasi Trump yang berfokus pada pengurangan anggaran federal dan dampak tarif perdagangan yang memengaruhi ritel dan manufaktur. Sektor teknologi mungkin melihat pemulihan jika investasi di AI dan cloud computing meningkat, tetapi pemulihan di sektor pemerintahan tampak lebih sulit karena reorganisasi besar-besaran. Ekonom memperkirakan tingkat pengangguran nasional bisa naik menjadi 4,5% pada 2026 jika PHK berlanjut. Untuk pekerja, pelatihan ulang dan relokasi ke sektor yang masih merekrut, seperti energi terbarukan, mungkin menjadi solusi. Namun, tanpa intervensi kebijakan yang lebih kuat, dampak sosial dan ekonomi dari PHK massal ini akan terus terasa.
Kesimpulan: Korban PHK Massal di AS Lebih Dari Seribu
PHK massal yang melibatkan lebih dari seribu karyawan per perusahaan di AS pada 2025 telah mengguncang sektor teknologi, pemerintahan, ritel, dan otomotif. Faktor seperti pengurangan biaya, reorganisasi, dan perlambatan ekonomi menjadi pemicu utama. Dampaknya tidak hanya ekonomi tetapi juga sosial, dengan protes dan penurunan moral pekerja. Meski ada upaya mitigasi seperti pesangon dan pelatihan, tantangan jangka panjang tetap ada. Dengan prospek yang tidak menentu, AS perlu strategi komprehensif untuk mendukung pekerja yang terdampak dan mencegah krisis pengangguran yang lebih dalam.