Arena Mesum Sesama Jenis di Mojokerto. Kota Mojokerto, Jawa Timur, baru-baru ini menjadi perbincangan publik setelah sebuah kolam air hangat di Lingkungan Kedungsari, Kelurahan Gunung Gedangan, Kecamatan Magersari, viral karena diduga menjadi lokasi aktivitas mesum sesama jenis. Kolam ini, yang dikenal sebagai “bor-boran” oleh warga setempat, menjadi sorotan setelah laporan masyarakat mengungkap praktik asusila yang diduga dilakukan oleh komunitas tertentu. Fenomena ini memicu reaksi keras dari warga dan pemerintah setempat, yang kini berupaya menata ulang lokasi tersebut untuk mencegah aktivitas serupa. Artikel ini akan mengulas kronologi kejadian, respons pihak berwenang, serta dampak sosial yang ditimbulkan. BERITA BOLA
Kronologi Kejadian
Kolam air hangat di Kedungsari, yang merupakan sisa proyek pengeboran minyak pada era 1990-an, telah lama menjadi tempat warga setempat mandi karena airnya yang jernih dan hangat. Namun, pada Juli 2025, lokasi ini menjadi viral setelah warga melapEuropekan bahwa kolam tersebut kerap digunakan sebagai tempat berkumpulnya individu yang melakukan aktivitas mesum sesama jenis, terutama pada malam hari. Bukti seperti sampah berupa kondom, pelumas, saset sampo, dan pakaian dalam pria yang berserakan di sekitar kolam memperkuat dugaan ini.
Informasi yang dihimpun menunjukkan bahwa aktivitas ini diduga telah berlangsung sejak 2011, meskipun belakangan intensitasnya menurun. Keberadaan grup media sosial, seperti grup Facebook bertajuk “Gay Mojokerto” dengan sekitar 10 ribu anggota, semakin mencuatkan isu ini. Grup tersebut diduga menjadi wadah untuk mengatur pertemuan di lokasi seperti bor-boran Kedungsari, kolam air panas Pacet, hingga tempat kos di wilayah Mojokerto, Jombang, dan Sidoarjo.
Respons Pemerintah Setempat
Menanggapi viralnya isu ini, Pemerintah Kota Mojokerto bergerak cepat. Pada hari Rabu, tim gabungan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Perhubungan melakukan inspeksi di lokasi. Hasilnya, pada hari Kamis, pemerintah memasang lampu penerangan di sekitar kolam untuk mencegah aktivitas di malam hari. Plt Kepala Satpol PP Kota Mojokerto, Abdul Rachman Tuwo, menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan penelusuran intensif dan akan menggerebek jika ditemukan aktivitas asusila. Ia juga meminta bantuan kelurahan dan warga untuk memantau lokasi tersebut.
Plt Kepala Dinas Perhubungan, Amin Wachid, menegaskan bahwa kolam tersebut berada di lahan milik pemerintah kota. Ia meminta maaf atas keresahan yang timbul dan berjanji untuk menata ulang area tersebut agar dapat dimanfaatkan secara positif oleh masyarakat. Langkah ini mencakup peningkatan patroli dan pengawasan untuk memastikan tidak ada lagi aktivitas yang melanggar norma.
Reaksi Warga dan Dampak Sosial: Arena Mesum Sesama Jenis di Mojokerto
Warga setempat, terutama di Perumahan Tribuana Residence yang berjarak hanya 15 meter dari kolam, mengaku resah dengan aktivitas tersebut. Salah seorang warga menyebutkan bahwa suara laki-laki yang mendominasi pada malam hari membuat lingkungan terasa tidak nyaman, terutama karena khawatir akan dampaknya pada anak-anak. Warga sering kali membubarkan aktivitas di kolam, terutama menjelang subuh, ketika mereka mendapati kelompok yang diduga hanya mandi.
Isu ini juga memicu diskusi luas di media sosial, dengan banyak netizen menyuarakan keprihatinan atas maraknya aktivitas asusila di tempat umum. Beberapa warga menyerukan agar pemerintah tidak hanya menertibkan, tetapi juga memberikan solusi jangka panjang, seperti menutup akses ke kolam atau mengubahnya menjadi fasilitas umum yang lebih terkelola.
Tantangan dan Solusi ke Depan: Arena Mesum Sesama Jenis di Mojokerto
Penanganan isu ini menghadapi beberapa tantangan. Pertama, lokasi kolam yang terpencil dan minim penerangan memudahkan aktivitas tersembunyi. Kedua, penggunaan media sosial untuk mengatur pertemuan membuat penelusuran pelaku lebih sulit. Ketiga, stigma sosial terhadap komunitas tertentu dapat mempersulit pendekatan yang inklusif dan tidak diskriminatif dalam penanganan.
Solusi jangka panjang yang diusulkan termasuk pengelolaan lahan yang lebih baik, seperti mengubah kolam menjadi destinasi wisata terkelola atau fasilitas umum yang diawasi ketat. Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat dan edukasi tentang norma sosial dapat membantu mencegah aktivitas serupa. Kolaborasi antara pemerintah, kelurahan, dan warga menjadi kunci untuk menjaga lingkungan yang aman dan nyaman.
Kesimpulan: Arena Mesum Sesama Jenis di Mojokerto
Viralnya kolam air hangat di Kedungsari, Mojokerto, sebagai arena mesum sesama jenis telah menimbulkan keresahan di kalangan warga dan mendorong pemerintah setempat untuk bertindak cepat. Dengan pemasangan lampu penerangan dan peningkatan patroli, Pemerintah Kota Mojokerto berupaya mengembalikan fungsi lahan tersebut untuk kepentingan positif. Namun, tantangan seperti pengawasan dan stigma sosial menuntut solusi yang lebih komprehensif. Kejadian ini menjadi pengingat bahwa pengelolaan aset publik yang terbengkalai harus menjadi prioritas untuk mencegah penyalahgunaan dan menjaga harmoni sosial di masyarakat.