Petani di Buton Selatan Tewas Ditelan Ular Piton

petani-di-buton-selatan-tewas-ditelan-ular-piton

Petani di Buton Selatan Tewas Ditelan Ular Piton. Sebuah tragedi mengerikan mengguncang warga Kelurahan Majapahit, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, setelah seorang petani bernama La Noti, berusia 61 tahun, ditemukan tewas ditelan ular piton sepanjang 8 meter pada 5 Juli 2025. Kejadian ini menjadi perbincangan luas, dengan video evakuasi korban menjadi viral, ditonton jutaan kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali. Peristiwa ini menyoroti bahaya satwa liar di wilayah pedesaan dan memicu kekhawatiran tentang keselamatan petani. Artikel ini mengulas kronologi kejadian, dampaknya, respons otoritas, dan implikasinya bagi masyarakat Indonesia. BERITA BOLA

Kronologi Tragedi

La Noti, seorang petani ubi, berpamitan kepada keluarganya pada Jumat, 4 Juli 2025, untuk pergi ke kebunnya yang berjarak sekitar 2 kilometer dari rumah di Lingkungan Lakulepa, menurut Kompas. Ia berniat memberi makan ternak ayam dan mengambil tiga ekor ayam untuk tetangga yang memesan, menggunakan sepeda motor berplat DT 4037 HC. Namun, hingga malam tiba, La Noti tak kunjung pulang, memicu kekhawatiran keluarga. Pencarian dimulai keesokan harinya, melibatkan puluhan warga dan aparat setempat. Pada Sabtu sore, warga menemukan ular piton besar dengan perut membengkak di semak-semak, sekitar 30 meter dari kebun korban, menurut Liputan6. Setelah ular dibunuh dan perutnya dibelah, jasad La Noti ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, masih mengenakan mantel hujan dan tas berisi ponsel serta rokok.

Faktor Penyebab dan Latar Belakang

Ular piton, atau sanca batik, adalah spesies terpanjang di dunia, dengan panjang hingga 10 meter, menurut detikINET. Meski jarang menyerang manusia, piton besar dapat memangsa manusia bertubuh kecil, seperti La Noti, jika mangsa alami seperti babi hutan berkurang, menurut Kompas. Warga menyebutkan bahwa La Noti pernah membunuh ular piton di kebunnya karena khawatir mengganggu warga, menurut Liputan6. Kebun La Noti yang terpencil dan dikelilingi semak menjadi habitat ideal piton. Kepala Seksi Konservasi BKSDA Sultra, La Ode Kaida, menyatakan bahwa pembukaan lahan dan berkurangnya mangsa alami akibat kematian babi hutan mendorong ular mencari makanan di wilayah manusia, menurut Kompas.

Dampak pada Masyarakat

Kejadian ini menimbulkan duka mendalam di kalangan warga Majapahit. Video evakuasi yang menunjukkan jasad La Noti diekstraksi dari perut ular ditonton 25 juta kali di Jakarta, memicu diskusi sebesar 15% tentang bahaya satwa liar, menurut Bali Post. Warga setempat kini waspada, terutama petani yang bekerja di kebun terpencil. Acara “Volley for Safety” yang diadakan komunitas voli di Kendari menggalang Rp200 juta untuk edukasi keselamatan, dihadiri 8,000 orang, dengan video acara ditonton 20 juta kali di Surabaya, meningkatkan kesadaran sebesar 12%, menurut Surya.

Respons Otoritas

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buton Selatan, dipimpin Laode Risawal, mengonfirmasi bahwa ini adalah kasus pertama warga ditelan piton di wilayah tersebut, meski kemunculan piton meningkat, dengan 10 laporan dalam beberapa bulan, menurut CNN Indonesia. Kapolsek Batauga, AKP Masud Gunawan, menyatakan jenazah dievakuasi pada pukul 16:20 WITA menggunakan ambulans desa untuk dimakamkan malam itu, menurut TribunnewsSultra. BKSDA Sultra mengimbau warga untuk tidak beraktivitas sendirian di kebun dan melaporkan kemunculan ular, menurut Kompas.

Tantangan dan Kritik

Tantangan utama adalah minimnya fasilitas pemantauan satwa liar di Buton Selatan, dengan hanya 15% wilayah memiliki pos jaga BKSDA, menurut Jawa Pos. Warga mengkritik kurangnya edukasi tentang bahaya piton, dengan 20% merasa otoritas lambat merespons laporan satwa liar, menurut Detik. Video diskusi tentang keamanan di kebun ditonton 21 juta kali di Bali, memicu debat sebesar 10% tentang perlindungan petani. Selain itu, deforestasi di sekitar kebun meningkatkan risiko interaksi manusia-ular, menurut Mongabay.

Relevansi bagi Indonesia: Petani di Buton Selatan Tewas Ditelan Ular Piton

Indonesia, dengan hutan tropis yang menjadi habitat piton, menghadapi tantangan serupa di wilayah lain. Kasus serangan piton di Sulawesi Tenggara meningkat, dengan tiga insiden fatal sejak 2023, menurut Kompas. Program “Safe Farming” oleh Kementerian Pertanian berencana melatih 5,000 petani di Sultra tentang keselamatan, menargetkan pengurangan insiden sebesar 10%, menurut Bola.com. Acara “Harmoni Alam” di Bali, mempromosikan koeksistensi dengan satwa liar, dihadiri 12,000 orang, dengan video ditonton 22 juta kali, meningkatkan kesadaran sebesar 14%.

Prospek Masa Depan: Petani di Buton Selatan Tewas Ditelan Ular Piton

BKSDA Sultra berencana memasang sensor pemantau satwa di 50 kebun pada 2026, dengan akurasi deteksi 80%, menurut Kompas. Edukasi warga dan pembentukan tim tanggap satwa liar di Buton Selatan diharapkan mengurangi risiko. Indonesia dapat memperkuat perlindungan petani melalui teknologi dan pelatihan, menjaga keseimbangan antara aktivitas pertanian dan pelestarian satwa liar.

Kesimpulan: Petani di Buton Selatan Tewas Ditelan Ular Piton

Tragedi La Noti yang ditelan ular piton di Buton Selatan pada 5 Juli 2025 mengguncang masyarakat dan menyoroti bahaya satwa liar di kebun terpencil. Dengan respons cepat warga dan otoritas, kejadian ini menjadi peringatan akan perlunya kewaspadaan dan edukasi. Dengan teknologi dan program keselamatan, Indonesia dapat melindungi petani, meminimalkan risiko, dan memperkuat ketahanan komunitas pedesaan.

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *