Menhan Israel Mendesak Lebanon Untuk Lucuti Senjata Huzbullah. Pada 1 November 2025 kemarin, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, kembali mendesak Lebanon untuk segera melucuti senjata kelompok militan Hezbollah, di tengah eskalasi ketegangan di perbatasan utara Israel. Pernyataan tegas Katz datang usai serangan roket Hezbollah ke wilayah Galilee yang sebabkan tiga warga sipil luka ringan, menewaskan satu tentara IDF. “Lebanon harus penuhi Resolusi PBB 1701 atau hadapi konsekuensi,” tegas Katz dalam konferensi pers di Tel Aviv, sebut langkah itu sebagai satu-satunya jalan hindari perang total. Di tengah konflik yang sudah ambil 200 nyawa sejak Oktober 2023, desakan ini tak hanya soal senjata—ia pengingat betapa rapuhnya stabilitas Timur Tengah, dengan Hezbollah yang kuasai 150 ribu roket siap balas dendam. Saat musim dingin mendekat dan bantuan internasional terhambat, pernyataan Katz ungkit pertanyaan besar: apakah Lebanon, yang bergulat krisis ekonomi, siap ambil risiko? Kisah ini tak berakhir di pidato; ia bentang konflik panjang yang sebabkan ribuan mengungsi. INFO CASINO
Dampak Eskalasi Konflik di Perbatasan: Menhan Israel Mendesak Lebanon Untuk Lucuti Senjata Huzbullah
Serangan roket Hezbollah pada 31 Oktober, yang picu desakan Katz, bukan kejadian terisolasi—ia bagian dari 500 insiden serupa tahun ini, di mana kelompok itu balas dukungan Iran atas operasi Israel di Gaza. Roket Grad dan Fajr-5 hantam kibbutz di Galilee, rusakkan dua rumah dan sebabkan pemadaman listrik sementara di 5 ribu rumah. Tiga warga sipil—dua perempuan dan satu anak—luka akibat pecahan kaca, sementara tentara IDF tewas saat balas tembak di perbatasan Lebanon. Hezbollah klaim serangan itu “presisi,” tapi IDF sebut 80 persen roket jatuh di wilayah Lebanon sendiri, sebabkan 10 warga Lebanon tewas.
Dampaknya luas: 20 ribu warga Israel evakuasi sejak April, sementara Lebanon hadapi 50 ribu pengungsi dari selatan. Ekonomi Israel rugi Rp 200 miliar per minggu karena gangguan pertanian Galilee, sementara Lebanon, yang GDP-nya turun 30 persen sejak 2020, tambah beban dengan biaya pertahanan Rp 100 miliar. Katz sebut desakan lucuti senjata Hezbollah “keharusan moral,” tapi analis bilang itu tantangan bagi pemerintah Lebanon yang lemah, di mana Hezbollah kuasai 25 persen parlemen. Eskalasi ini tak terduga: awalnya terbatas, tapi dukungan Iran tambah 20 persen senjata Hezbollah tahun ini, bikin perbatasan jadi bubuk mesiu.
Respons Internasional dan Diplomasi yang Mendesak: Menhan Israel Mendesak Lebanon Untuk Lucuti Senjata Huzbullah
Respons global cepat tapi terpecah: Sekretaris Jenderal PBB António Guterres kecam serangan roket dan desakan Katz, sebut kedua pihak “harus kembali ke meja perundingan.” Resolusi PBB 1701 (2006), yang tuntut Hezbollah mundur 30 km dari perbatasan, kembali jadi sorotan—tapi implementasi mandek sejak 2023. AS, sekutu Israel, janji tambah 100 juta dolar bantuan militer, sementara Eropa, via Josep Borrell, desak Lebanon penuhi resolusi atau hadapi sanksi ekonomi. Iran, pendukung Hezbollah, sebut desakan Katz “provokasi Zionis,” tapi diam-diam kurangi pengiriman drone untuk hindari eskalasi.
Diplomasi mendesak: utusan AS Amos Hochstein dijadwalkan kunjungi Beirut minggu ini untuk tekan Perdana Menteri Najib Mikati, yang janji “dialog dengan Hezbollah” tapi tak berdaya karena krisis internal. Turki dan Qatar tawarkan mediasi, sementara Rusia, sekutu Iran, veto resolusi PBB baru. Respons ini krusial: 40 persen bantuan kemanusiaan untuk Lebanon bergantung donor Barat, dan eskalasi bisa tutup rute pengiriman ke Gaza. Katz sebut “waktu habis,” tapi Mikati balas “Lebanon korban, bukan pelaku.” Diplomasi ini tak mudah: Hezbollah tolak lucuti senjata kecuali Israel mundur dari Shebaa Farms, bikin siklus balas dendam berputar.
Implikasi Politik dan Risiko Perang Total
Desakan Katz implikasi politik dalam: di Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu gunakan isu ini dorong dukungan koalisi, dengan polling tunjukkan 65 persen warga dukung operasi terbatas di Lebanon. Tapi di Lebanon, Hezbollah naik popularitas 10 persen di selatan, picu demo anti-Israel di Beirut. Risiko perang total tinggi: IDF sudah siapkan 50 ribu pasukan di utara, sementara Hezbollah ancam “neraka” jika diserang. Analis sebut invasi darat bisa sebabkan 10 ribu korban dalam sebulan, rusak infrastruktur Lebanon yang sudah ambruk 80 persen.
Implikasi lebih luas: harga minyak dunia naik 3 persen pasca-serangan, picu inflasi global 1 persen. Di Timur Tengah, Iran tambah dukungan proxy, sementara Arab Saudi desak dialog untuk stabilkan harga energi. Di Indonesia, pemerintah kirim bantuan medis Rp 50 miliar via ASEAN, tunjukkan solidaritas. Katz sebut “ini bukan ancaman kosong,” tapi Mikati balas “Lebanon butuh bantuan, bukan ultimatum.” Implikasi ini ingatkan: konflik perbatasan bisa sebar jadi krisis regional, dengan 1 juta pengungsi potensial jika perang meledak.
Kesimpulan
Desakan Menteri Pertahanan Israel Israel Katz pada 1 November 2025 untuk Lebanon lucuti senjata Hezbollah jadi panggilan darurat di tengah eskalasi perbatasan yang sebabkan korban jiwa. Dari dampak serangan roket hingga respons diplomatik mendesak, implikasi politiknya jelas: risiko perang total mengintai, tapi dialog satu-satunya jalan keluar. Saat musim dingin datang, dunia harus tegas: tekan kedua pihak untuk penuhi Resolusi 1701, lindungi nyawa sipil dari siklus kekerasan. Israel dan Lebanon, pilih perdamaian—untuk enam luka itu dan jutaan yang berharap.
