Trump Mengusulkan Rencana Pembagian Donbas

trump-mengusulkan-rencana-pembagian-donbas

Trump Mengusulkan Rencana Pembagian Donbas. Donald Trump, yang baru saja kembali ke Gedung Putih, mengusulkan rencana kontroversial untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina dengan membagi wilayah Donbas. Pernyataan itu muncul usai pertemuan tegang dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di New York pada 17 Oktober 2025, di mana Trump sarankan “potong Donbas seperti sekarang” untuk beku garis depan. Usulan ini, yang disebut Trump sebagai “cara cepat damai”, langsung picu perdebatan sengit—dari tuduhan pengkhianatan oleh Kyiv hingga dukungan diam-diam dari Moskow. Di tengah korban jiwa yang sudah capai 500 ribu sejak invasi 2022, rencana ini jadi ujian pertama bagi diplomasi Trump. Zelenskyy tolak keras, sebut itu “penyerahan wilayah Ukraina”, sementara Rusia anggap ini “langkah logis”. Dengan perang memasuki tahun keempat, usulan Trump soroti dilema global: damai cepat atau keadilan jangka panjang? REVIEW FILM

Detail Usulan Trump yang Fokus Beku Garis Depan: Trump Mengusulkan Rencana Pembagian Donbas

Trump usulkan pembagian Donbas dengan membekukan garis depan saat ini, di mana Rusia kuasai sekitar 78 persen wilayah itu termasuk Donetsk dan Luhansk sebagian besar. Dalam wawancara pasca-pertemuan, Trump bilang, “Donbas sudah terpotong sekarang, biarkan begitu—Ukraina ambil sisanya, Rusia ambil miliknya.” Ini bukan penyerahan total, tapi pengakuan de facto atas pendudukan Rusia sejak 2014, yang diperluas invasi 2022. Trump sebut rencana ini hemat biaya AS—kurangi bantuan militer 60 miliar dolar ke Ukraina—dan paksa Zelenskyy negosiasi langsung dengan Putin. Detailnya termasuk zona demiliterisasi 50 km di garis depan, pertukaran tahanan, dan sanksi terbatas pada Rusia jika patuh. Trump klaim ini “realistis”, ingatkan garis depan stabil sejak musim panas 2025, dengan Rusia kuasai 20 persen Ukraina total. Kritikus sebut ini mirip Munich 1938, di mana penyerahan wilayah gagal hentikan agresi—tapi Trump balas, “Lebih baik potong daripada perang abadi.”

Respons Keras Zelenskyy dan Ukraina: Trump Mengusulkan Rencana Pembagian Donbas

Zelenskyy langsung tolak usulan Trump, sebut itu “tidak bisa diterima” dan “hadiah untuk Putin”. Di konferensi pers 18 Oktober, ia bilang, “Ukraina tak akan serahkan tanah airnya untuk damai palsu—Donbas bagian Ukraina, titik.” Respons ini selaras sikap Kyiv sejak awal perang: tolak kompromi wilayah demi integritas negara. Parlemen Ukraina gelar sesi darurat, tuntut AS lanjut bantuan, ingatkan 100 ribu tentara Ukraina tewas demi bebaskan Donbas. Masyarakat sipil di Kyiv demonstrasi ribuan orang, bawa spanduk “Donbas Milik Kami”, soroti trauma pendudukan Rusia seperti deportasi 20 ribu anak. Zelenskyy sebut pertemuan dengan Trump “tegang tapi jujur”, tapi ia tolak tekanan untuk “kapitulasi”. Ini tantang diplomasi Trump: AS beri 175 miliar dolar bantuan sejak 2022, tapi usulan ini bisa retak dukungan bipartisan. Zelenskyy rencanakan kunjungan ke Eropa minggu depan untuk cari alternatif, termasuk dari Uni Eropa yang janji 50 miliar euro bantuan baru.

Implikasi Global dan Reaksi Rusia serta Sekutu

Usulan Trump picu gelombang reaksi global, dengan Rusia sambut hangat sementara sekutu Barat khawatir. Kremlin, lewat juru bicara Dmitry Peskov, sebut ini “langkah bijak” yang akui “kenyataan lapangan”—Rusia siap negosiasi jika Ukraina akui pendudukan Donbas. Putin telepon Trump usai pertemuan, diskusikan “peta damai” yang mirip usulan itu. Di sisi lain, NATO dan UE desak Trump pertimbangkan ulang, takut eskalasi seperti aneksasi Krimea 2014. Jerman dan Prancis tuntut jaminan keamanan Ukraina, sementara Polandia—tetangga Ukraina—gelar latihan militer besar-besaran di perbatasan. Di Asia, China netral tapi dukung “dialog damai”, lihat peluang kurangi ketergantungan energi Eropa pada Rusia. Implikasi ekonomi jelas: harga minyak naik 5 persen usai berita, karena ketakutan blokade Laut Hitam. Bagi Trump, ini ujian awal: usulan ini bisa hemat biaya AS tapi rusak kredibilitas sekutu. Analis sebut peluang damai 40 persen jika Zelenskyy tekan, tapi risiko perpecahan NATO lebih tinggi.

Kesimpulan

Usulan Trump untuk pembagian Donbas pada 17 Oktober 2025 jadi bom waktu di diplomasi Ukraina, dengan detail beku garis depan yang tolak Zelenskyy tapi sambut Rusia. Respons keras Kyiv dan implikasi global tunjukkan dilema: damai cepat atau perjuangan panjang. Di perang yang sudah tebus jutaan nyawa, usulan ini soroti kebutuhan kompromi, tapi juga risiko pengkhianatan. Trump punya visi “deal-maker”, tapi Zelenskyy pegang prinsip tanah air. Ke depan, negosiasi Eropa bisa jadi penentu—atau pemicu eskalasi baru. Dunia tunggu langkah selanjutnya, tapi satu hal pasti: Donbas bukan cuma garis di peta, tapi simbol perjuangan yang tak mudah dipotong.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *