Israel Tidak Berhenti Menyerang Gaza, 15 Orang Tewas

israel-tidak-berhenti-menyerang-gaza-15-orang-tewas

Israel Tidak Berhenti Menyerang Gaza, 15 Orang Tewas. Konflik di Gaza memasuki babak baru yang semakin mencekam pada akhir September 2025, di mana pasukan Israel terus melancarkan serangan intensif tanpa tanda-tanda mereda. Pada 24 September, serangan udara dan artileri Israel ke berbagai wilayah Gaza City menewaskan setidaknya 15 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan setempat. Ini bagian dari operasi besar-besaran yang dimulai sejak pertengahan bulan, yang bertujuan menguasai kota terpadat di Jalur Gaza tersebut dari tangan Hamas. Total korban jiwa di Gaza sejak Oktober 2023 kini melebihi 65.000 orang, dengan ribuan lainnya terluka dan mengungsi. Meski Presiden AS Donald Trump baru saja menyerukan penghentian perang segera di Sidang Umum PBB, Israel tetap maju, memicu kecaman global atas krisis kemanusiaan yang memburuk. Famine meluas, bantuan terhambat, dan Gaza City berubah menjadi zona perang yang mematikan. Insiden ini bukan hanya soal militer, tapi juga ujian bagi upaya diplomasi internasional yang terus terhambat. BERITA BASKET

Kapan Penyerangan Ini Dilakukan: Israel Tidak Berhenti Menyerang Gaza, 15 Orang Tewas

Serangan yang menewaskan 15 orang itu terjadi pada pagi hari 24 September 2025, saat matahari baru terbit, menargetkan kawasan pemukiman padat di utara Gaza City seperti Jabalia dan Sheikh Radwan. Ledakan bom Israel menghantam rumah-rumah sipil dan tenda pengungsi, meninggalkan puing-puing dan jeritan duka. Ini melanjutkan gelombang eskalasi yang dimulai pada 15 September, ketika Israel meluncurkan fase utama operasi “Gideon’s Chariots II” untuk merebut kendali penuh atas Gaza City. Sejak itu, serangan harian telah menewaskan ratusan, dengan puncaknya pada 20 September ketika 60 orang tewas dalam satu hari saja. Operasi ini dibangun di atas persiapan sejak Agustus, di mana Israel memanggil 60.000 cadangan dan memposisikan tank di pinggiran kota. Hamas merespons dengan serangan roket sporadis, tapi fokus Israel tetap pada pemindahan penduduk dan pembongkaran terowongan bawah tanah. Hingga 24 September, ribuan warga Gaza City telah mengungsi ke selatan, tapi banyak yang terjebak di tengah tembakan silang. Serangan pagi itu khususnya brutal, karena menimpa keluarga yang sedang sarapan, menambah daftar korban sipil yang tak berdosa.

Apakah Banyak Negara yang Sudah Mendesak Israel Untuk Berhenti

Ya, desakan untuk Israel berhenti menyerang Gaza datang dari berbagai penjuru dunia, dengan intensitas yang meningkat sejak September 2025. Pada 18 September, Dewan Keamanan PBB menggelar voting di mana 14 negara mendukung resolusi untuk gencatan senjata segera, tapi AS memveto keenam kalinya, meski mengakui situasi Gaza “katastofik”. Trump sendiri, dalam pidato UNGA pada 23 September, mendesak “perang Gaza harus dihentikan sekarang”, sambil menyalahkan Hamas atas kegagalan negosiasi. Di Eropa, 28 negara termasuk Prancis, Belgia, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru menerbitkan pernyataan bersama pada Juli yang diperbarui September, menuntut Israel patuhi hukum internasional dan angkat blokade bantuan. Prancis bahkan mengakui negara Palestina pada 22 September, diikuti Spanyol yang mendorong keanggotaan PBB untuk Palestina. Organisasi seperti Amnesty International dan Oxfam mengecam veto AS sebagai “lampu hijau” bagi genosida, sementara Mesir dan Qatar sebagai mediator menekan Israel untuk respons positif terhadap proposal gencatan senjata. Liga Arab menggelar sidang darurat pasca-serangan Israel di Doha pada 9 September, menyerukan sanksi. Total, lebih dari 50 negara dan badan internasional telah bergabung dalam seruan ini, menyoroti krisis kelaparan dan pemindahan paksa di Gaza.

Apakah Israel Akan Berhenti Menyerang Gaza Usai Desakan Tersebut

Belum ada tanda Israel akan berhenti segera, meski desakan global kian kencang. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan operasi Gaza City akan berlanjut hingga Hamas “dihancurkan sepenuhnya”, menolak proposal gencatan senjata kecuali ada jaminan pelepasan semua sandera Israel dan perlucutan senjata Hamas. Pada 19 Agustus, Israel berjanji respons terhadap rencana Hamas yang diterima mediator, tapi hingga 24 September, belum ada jawaban resmi—hanya serangan yang terus. Kantor Netanyahu menyebut desakan internasional “terputus dari realitas” dan menyalahkan Hamas atas penundaan. Meski Trump menekan Netanyahu dalam pertemuan, Israel tetap maju, dengan Menteri Pertahanan Israel Katz menyatakan pasukan akan bertahan di “zona keamanan” Gaza secara permanen. Hamas menolak tuntutan perlucutan senjata, menyebutnya “penyerahan”, sementara Israel khawatir gencatan sementara hanya beri Hamas waktu bangun ulang. Analis bilang, tekanan AS mungkin paksa jeda, tapi tanpa komitmen permanen, serangan bisa lanjut hingga akhir tahun, terutama dengan pemilu Israel mendekat.

Kesimpulan: Israel Tidak Berhenti Menyerang Gaza, 15 Orang Tewas

Serangan Israel di Gaza yang menewas 15 orang pada 24 September 2025 jadi pengingat getir bahwa perang ini masih jauh dari akhir, meski desakan global bergema kencang. Dari veto AS di PBB hingga pengakuan negara Palestina oleh Prancis, dunia bersatu tuntut gencatan senjata, tapi Israel teguh pada misi hancurkan Hamas, mengabaikan biaya kemanusiaan yang mengerikan. Gaza kini jadi tanah tandus dengan kelaparan dan kehancuran, di mana warga sipil bayar harga tertinggi. Trump mungkin dorong perdamaian, tapi tanpa tekanan konkret seperti sanksi senjata, eskalasi berisiko meluas ke Lebanon atau Iran. Solusi dua negara tampak semakin jauh, tapi dialog via Qatar dan Mesir tetap harapan tipis. Saat musim dingin tiba, Gaza butuh lebih dari kata-kata—ia butuh aksi nyata untuk hentikan siklus darah ini, agar anak-anak Gaza bisa bangun tanpa ledakan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *