Galian Abadi di Jakarta Makin Menjadi-jadi. Jakarta kembali didera kemacetan parah akibat proyek penggalian pipa air minum yang seolah tak pernah usai, dijuluki warga sebagai “galian abadi.” Pada 19 Agustus 2025, ruas jalan dari Ciputat menuju Lebak Bulus, Jakarta Selatan, lumpuh total karena proyek ini, membuat perjalanan yang biasanya 20 menit membengkak hingga lebih dari dua jam. Proyek ini, yang berlangsung di enam titik strategis seperti Terminal Lebak Bulus dan simpang Jalan RA Kartini, telah memicu keluhan keras dari warga dan pengendara. Dengan musim hujan yang mulai datang, kekhawatiran akan banjir dan kemacetan yang makin buruk semakin nyata. Pemerintah setempat berjanji akan mengatur lalu lintas lebih baik, tetapi pertanyaan besar tetap: kapan proyek ini selesai, dan apa dampaknya bagi warga Jakarta? BERITA LAINNYA
Kemacetan ini bukan hanya soal waktu, tetapi juga biaya dan kenyamanan. Banyak warga terpaksa beralih ke ojek online yang lebih mahal, sementara mobilitas sehari-hari terganggu. Fenomena “galian abadi” ini menjadi cerminan tantangan infrastruktur di ibu kota, di mana pembangunan sering kali mengorbankan kenyamanan warga. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan galian abadi, kapan proyek ini akan rampung, dan bagaimana tanggapan masyarakat?
Apa Yang Dimaksud Dengan Galian Abadi
Istilah “galian abadi” adalah julukan sarkastik dari warga Jakarta untuk proyek penggalian infrastruktur yang berlangsung lama dan seolah tak pernah selesai. Dalam konteks saat ini, galian abadi merujuk pada proyek pemasangan pipa air minum yang dilakukan oleh PAM Jaya dan kontraktor swasta di berbagai titik di Jakarta, terutama di ruas Ciputat-Lebak Bulus. Proyek ini bertujuan meningkatkan distribusi air bersih untuk warga Jakarta Selatan, dengan pipa baru yang diharapkan menjangkau lebih banyak rumah tangga. Namun, penggalian ini menyebabkan penyempitan jalan, tumpukan material, dan kemacetan parah, terutama di jam sibuk. Warga mulai menggunakan istilah ini karena proyek serupa di masa lalu, seperti galian kabel listrik atau saluran air, sering kali molor dari jadwal, membuat kesan bahwa galian ini “abadi” di kehidupan sehari-hari mereka.
Kapan Galian Ini Akan Diselesaikan
Menurut pengumuman resmi di lokasi proyek, galian pipa air minum di Lebak Bulus dimulai pada Agustus 2025 dan ditargetkan selesai pada akhir Desember 2025. Ini berarti proyek ini akan berlangsung selama kurang lebih lima bulan, dengan harapan seluruh pipa terpasang dan jalan kembali normal sebelum puncak musim hujan di Januari 2026. Namun, jadwal ini diragukan oleh banyak warga karena riwayat proyek infrastruktur di Jakarta yang sering molor. Pemerintah DKI Jakarta dan PAM Jaya telah meminta maaf atas gangguan ini dan menjanjikan pengaturan lalu lintas yang lebih baik, dengan melibatkan polisi untuk mengurai kemacetan di titik-titik kritis seperti Situ Gintung dan Pasar Jumat. Meski begitu, tanpa komunikasi yang jelas dan kemajuan nyata, kepercayaan publik terhadap target penyelesaian ini masih rendah.
Tanggapan Masyarakat Atas Galian Ini
Reaksi masyarakat terhadap galian ini didominasi oleh rasa frustrasi dan kelelahan. Pengendara seperti Andhi, warga Pamulang, mengeluhkan perjalanan yang biasanya lancar kini tersendat hingga lebih dari satu jam. Banyak yang terpaksa beralih ke ojek online, yang meningkatkan pengeluaran harian mereka. Warga lain, seperti Wenny, bahkan memelesetkan situasi ini dengan kutipan puitis, menyebut Jakarta “fana” dan galiannya “abadi.” Kemarahan ini diperparah oleh waktu pelaksanaan proyek yang bertepatan dengan awal musim hujan, meningkatkan risiko banjir di daerah rendah seperti Lebak Bulus. Di media sosial, warga Jakarta menyuarakan keluhan dengan tagar seperti #GalianAbadi dan #JakartaMacet, menyerukan pemerintah untuk mempercepat proyek dan memberikan alternatif jalur yang lebih baik. Namun, ada pula sebagian kecil yang memahami pentingnya proyek ini untuk pasokan air bersih, meski mereka tetap berharap pelaksanaannya lebih efisien.
Kesimpulan: Galian Abadi di Jakarta Makin Menjadi-jadi
Fenomena “galian abadi” di Jakarta, khususnya proyek pipa air minum di Ciputat-Lebak Bulus, mencerminkan dilema klasik antara pembangunan infrastruktur dan kenyamanan warga. Meski bertujuan mulia untuk meningkatkan layanan air bersih, proyek ini telah mengganggu mobilitas ribuan orang dan memicu keluhan luas. Dengan target penyelesaian pada Desember 2025, pemerintah perlu bekerja ekstra untuk memastikan jadwal terpenuhi dan kemacetan diminimalkan, terutama dengan ancaman musim hujan yang membayangi. Tanggapan masyarakat yang penuh frustrasi menunjukkan perlunya komunikasi yang lebih transparan dan manajemen proyek yang lebih baik. Ke depan, Jakarta membutuhkan solusi yang menyeimbangkan pembangunan dengan kebutuhan warga, agar julukan “galian abadi” tak lagi menjadi lelucon pahit di ibu kota.