6 Halte Trans Jakarta Terbakar, Kok Bisa?. Pada Jumat malam, 29 Agustus 2025, Jakarta dikejutkan oleh aksi anarkis yang menyebabkan enam halte TransJakarta terbakar dan rusak parah. Insiden ini terjadi di tengah gelombang protes yang dipicu oleh kematian seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, yang tewas setelah ditabrak kendaraan taktis Brimob. Kerusuhan ini tidak hanya merusak halte, tetapi juga mengganggu layanan transportasi publik yang menjadi urat nadi warga ibu kota. Artikel ini akan mengulas penyebab kebakaran halte, alasan di balik aksi perusakan fasilitas umum, dan pentingnya menjaga sikap damai dalam berdemonstrasi. BERITA VOLI
Apa Yang Membuat Banyak Halte Ini Terbakar
Enam halte TransJakarta yang menjadi sasaran aksi perusakan adalah Halte Polda Metro Jaya, Halte Senen Toyota Rangga, Halte Sentral Senen, Halte Senayan BDKI, Halte Gerbang Pemuda, dan Halte Bundaran Senayan. Kebakaran terjadi akibat pelemparan bom molotov dan benda-benda mudah terbakar oleh massa yang berkumpul sejak sore hari. Insiden dimulai sekitar pukul 20.56 WIB, dengan Halte Polda Metro Jaya di Jalan Sudirman menjadi salah satu yang pertama diserang. Asap hitam membumbung tinggi, dan beberapa halte, seperti Halte Senen Toyota Rangga, hangus hingga hanya menyisakan kerangka besi. Jembatan penyeberangan orang (JPO) yang terhubung dengan Halte Sentral Senen juga ikut terbakar. Situasi semakin kacau dengan ledakan petasan dan tembakan gas air mata dari polisi untuk membubarkan massa. Hingga pagi ini, 30 Agustus 2025, seluruh layanan TransJakarta terpaksa dihentikan karena kondisi yang belum kondusif dan kerusakan fasilitas yang signifikan.
Kenapa Para Massa Sampai Menghancurkan Banyak Fasilitas Umum
Aksi perusakan ini berawal dari kemarahan massa atas kematian Affan Kurniawan, pengemudi ojek online berusia 21 tahun, yang tewas pada 28 Agustus 2025 setelah ditabrak dan dilindas kendaraan Brimob di Pejompongan, Jakarta Pusat. Insiden ini terjadi saat demonstrasi menentang kebijakan tunjangan DPR sebesar Rp50 juta per bulan, yang dianggap tidak peka terhadap kondisi ekonomi masyarakat. Video kejadian yang viral di media sosial memicu gelombang solidaritas dari komunitas ojek online dan warga lainnya, yang menyalurkan kemarahan dengan menyerang fasilitas umum, termasuk halte TransJakarta dan beberapa kantor polisi. Selain itu, ketegangan diperparah oleh tindakan represif polisi, seperti penggunaan gas air mata dan water cannon, yang dianggap memicu eskalasi. Beberapa pihak menduga ada kelompok tertentu yang memanfaatkan situasi untuk menciptakan kekacauan, terlihat dari penggunaan simbol seperti bendera Jolly Roger dari manga One Piece oleh sebagian massa. Faktor ekonomi dan ketidakpuasan terhadap pemerintah juga menjadi pemicu, dengan halte TransJakarta dianggap sebagai simbol otoritas yang mudah disasar.
Demo Boleh, Rusakin Fasilitas Jangan
Demonstrasi adalah hak konstitusional setiap warga untuk menyampaikan aspirasi, tetapi merusak fasilitas umum seperti halte TransJakarta justru merugikan masyarakat luas. Halte-halte ini adalah infrastruktur vital yang melayani jutaan warga Jakarta setiap hari, dengan tarif terjangkau Rp3.500 untuk perjalanan tanpa batas selama tidak keluar halte. Kerusakan enam halte ini tidak hanya menghentikan operasional TransJakarta, tetapi juga membebani anggaran publik untuk perbaikan, yang diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Selain itu, aksi anarkis mencoreng tujuan awal demonstrasi, yaitu menuntut keadilan bagi Affan dan menolak kebijakan DPR. Warga yang bergantung pada TransJakarta, seperti pekerja kantoran dan pelajar, menjadi korban utama dari gangguan ini. Menyampaikan aspirasi dengan damai, seperti melalui dialog atau aksi simbolis, jauh lebih efektif untuk menarik simpati publik dan mendorong perubahan. Pemerintah dan aparat keamanan juga perlu membuka ruang komunikasi agar aspirasi rakyat tersalurkan tanpa berujung pada kekerasan.
Kesimpulan: 6 Halte Trans Jakarta Terbakar, Kok Bisa?
Kebakaran enam halte TransJakarta pada 29 Agustus 2025 menjadi cerminan ketegangan sosial yang dipicu oleh kematian Affan Kurniawan dan ketidakpuasan terhadap kebijakan DPR. Aksi anarkis ini, yang melibatkan pelemparan bom molotov dan perusakan fasilitas, menyebabkan kerugian besar dan menghentikan layanan transportasi publik di Jakarta. Meski kemarahan masyarakat bisa dipahami, merusak fasilitas umum bukanlah solusi, melainkan justru merugikan warga yang bergantung pada layanan seperti TransJakarta. Ke depan, penting bagi semua pihak—masyarakat, pemerintah, dan aparat—untuk membuka dialog yang konstruktif guna mencegah eskalasi lebih lanjut. Keadilan bagi Affan harus ditegakkan secara transparan, dan aspirasi rakyat perlu disalurkan dengan cara yang tidak merugikan kepentingan umum. Mari bersama-sama menjaga Jakarta tetap aman dan nyaman untuk semua.